Sabtu, 29 April 2023

 DISKRIPSI

TEORI QUIETUS POLITIK

 

1.      Bidang Teori ilmiah  invensi

            Invensi ini berhubungan dengan teori ” cara mental bekerja”  berdasar pada asumsi,   “ pikiran, sesungguhnya adalah kesadaran “. Kita ada karena berpikir ( thinking being ) .  Berpikir memungkinkan akal mengenali cara mental bekerja.   Cara mental bekerja di bentuk oleh dua  kesadaran persuasive :

1)      Pertama disebut sebagai Kesadaran persuasive  minimal ( disingkat : Pm ) dan

2)      Kedua disebut sebagai Kesadaran persuasive Maksimal ( disingkat : Px ) .

  

2.      Latar belakang Invensi Teori Ilmiah.

 

1)      Tindakan manusia secara persuasive mengantisipasi dirinya pada kedaulatan mengambil hidup untuk mendapatkan keuntungan  yang sebesar-besarnya , dimana  setiap orang tidak dapat berbuat lebih baik tanpa membuat orang lain lebih buruk ,  masing-masing mengambil posisi sebagai zona pengerukan laba dan sekaligus juga sebagai penikmat dan tong sampah, juga membiarkan mati untuk tidak dapat dikatakan sebagai pembunuh. Sehingga penampakan dalam kehidupan sekarang ini adalah sebuah lintasan kerja manual dan kerja mental , juga adalah sebuah  distorsi  antara  politik dan kematian ( quietus politic ).     

2)      Implementasi dari kedua persuasive diatas adalah sebagai berikut :

·         Pm - Adalah kesadaran selalu berhadapan dengan pemenuhan kebutuhan /pikiran bagaimana kebutuhan dapat dipenuhi agar bisa hidup lebih baik, pemikiran ini berada pada pola menjaga-jaga ( persuasive ) secara minimal, yang di sebut sebagai Cara Kerja Manual.

·         Px   - .  Adalah kesadaran  dalam perluasan  ( res extensa )  , dimana  kesadaran menjadi  persuasive yang  maksimal , yang mengambil tempat dalam berpikir  -  “ bagaimana jika “. Misalnya bagaimana jika tidak mendapatkan pasar terhadap produk saya, bagaimana jika saya terlambat datang, dan seterusnya. Pemikiran ini berada paada Cara Kerja Mental.

 

3)      Pemenuhan kebutuhan adalah kesadaran persuasive manusia, yang merupakan fondasi kekuasaan terhadap kebutuhan yang secara minimal harus dipenuhi. Bila Pm diperluas menjadi PX . Maka tindakan untuk menuju PX, memang adalah berbuat lebih baik, namun bagi orang lain menjadi lebih buruk .  Sehingga penampakan dalam kehidupan  menjadikan PX  adalah sebuah lintasan  distorsi  antara  politik dan kematian ( quietus politic).     

4)      Mekanisme cara kerja manual dan cara kerja mental bisa dijelaskan dengan contoh sebagai berikut :

5)      Contoh Pertama Tidur.    Ketika kita tidur , kemudian kita terjaga dari tidur, berapa ukuran waktu kebutuhaan  persuasive minimal ( Pm )  sampai kita terjaga dari tidur. Katakanlah  waktu yang kita perlukan untuk memuaskan kebutuhan untuk tidur ,  adalah 8 jam.  Kesadaran persuasive untuk pemenuhan kebutuhan “tidur “ adalah 8 jam ( Pm tidur = 8 ) . Kesadaran berikutnya adalah  kebutuhan kita terhadap “tidur” , secara persuasive ingin dipercepat , sehingga lamanya tidur menjadi pendek yaitu  3 jam.

 

a)      Percepatan “tidur “ memerlukan alat yang dapat membangunkan kita agar cepat  terjaga dari tidur. Sekarang kita berada pada Px , yaitu “ kesadaran persuasive maksimal”  – percepatan  pemenuhan  “ terjaga “. Cara kerja mental mulai berakselerasi dengan ratio . Siapa yang mendapat keadaan lebih baik  dan untuk apa sesungguhnya keadaan yang lebih baik dari  bangun cepat itu ?  .

b)      Cara kerja Px  adalah dengan menyiapkan “alarm”,menggunakan isntrumen waktu dari Jam Beker atau HP . Px  secara mekanis menghasilkan produk kecepatan terjaga yang dimaksimalkan oleh kekuasaan akal agar kita ‘terjaga. ( Px tidur = 3 )  .

c)      Tujuan dari cepat “terjaga” agar  jangan sampai terlambat bekerja atau melakukan agenda aktifitas pemenuhan kebutuhan hidup. Pada  Px ,  Anda telah berbuat baik bagi agenda aktifitas Anda , tapi tahu kah Anda , disadari atau tidak,   sesungguhnya tindakan Anda , tidak membuat diri Anda lebih baik, dari orang lain. Anda telah berbuat baik terhadap agenda aktifitas , sehingga “bos” Anda menjadi senang. Akan tetapi setidaknya dengan menggunakan “alarm” orang lain mengalami lebih buruk “ kaget “ , terjaga dari tidurnya. Jadi sesungguhnya bila kesadaran persuasive dimaksimalkan, tindakan ini menunjukan bahwa “ tidak ada berbuat sesuatu lebih baik tanpa membuat sesuatu lain lebih buruk” pm-px = 3-8 . Hasil -5 ( min lima jam ).  Pendapatan  yang  Anda peroleh  tidak lebih baik bagi Anda, karena pemenuhan kebutuhan Anda untuk  bertahan hidup berkurang 5 jam.  Jadwal yang dibuat oleh perusahaan Anda adalah berbuat untuk lebih baik hanya bagi perusahaan Anda, namun buruk bagi Anda. Durasi waktu itulah membuat daya tahan fisik Anda lebih buruk.

3)      Contoh Kedua KTP Elektronik

a)      Untuk menggambarkan bahwa Anda adalah penduduk di suatu Negara, dan  sebagai Warga Negara dari suatu Negara, maka diperlukan sebuah identitas. Tentu saja bentuk identitas itu  perlu keputusan politik. Perkara identitas ini menjadi rumit adalah karena jumlah penduduk disuatu negara begitu kompleksnya. Disisi lain adalah ketersediaan dana juga menjadi  pertimbangan politik yang bisa saja mengalami bias . karena dalam katagori distribusi antara siapa penyalur dananya dan siapa yang membuatnya , demikian juga bagaimana  hasilnya dan apakah kucuran sesuai dengan alokasi anggaran.  Kucuran ketersediaan adalah rangkaian peristiwa yang menopang pembuatan identitas  penduduk dan identitas warga Negara, maka  ketersediaan identitas terbelah dalam dua bentuk yaitu KTP adalah Kartu Tanda Penduduk sebagai suatu identitas penduduk dalam antar daerah satu Negara , kedua Pasfort adalah identitas warga Negara satu Negara  antar Negara. Dalam konteks identitas timbul gagasan /pemikiran politik   awal adalah  kesadaran persuasive minimal ( Pm ) bahwa penduduk di Negara ini harus memiliki identitas. Menaggapi keprihatinan itu maka timbulah pemikiran ( kesadaran ) politik bentuk KTP dan Parport serta dana .  Dana Penyelenggaraan KTP menjadi otoritas daerah, sedangkan dana penyelenggaraan Pasport adalah urusan Negara /pemerintah pusat.  Gagasan ini adalah sebuah mekanisme cara Pm bekerja dalam batas kerja manual.  Selama kesadaran politik dalam penerbitan KTP berjalan dalam wilyah kerja manual. Pada periode awal pembuatan KTP dalam wilayah kerja manual.  Kesadaran politik dari kerja manual ini , tidak mengubah prioritas terhadap proyek KTP identik dengan Pasport , berlakunya sesuai dengan porsi identitasnya. Misal  Penduduk wilayah daerah ( kabupaten/Kota ) A. adalah A. tidak boleh A dan B sama. Perhitungan biaya dan manfaat sepadan dengan pengelolaan resikonya .  Berbuat sesuatu lebih baik tidak membuat sesuatu lebih buruk.

b)      Tahap berikutnya adalah muncul gagasan dari pemikiran yang merupakan bentuk kesadaran politik  dalam wilayah Px  yaitu kesadaran persuasive maksimal . Identitas penduduk yang dahulu KTP manual diubah menjadi KTP elektronik. Petimbangan politik adalah ketersediaan identitas  KTP lebih setara dengan Pasport dimana semua identitas berlaku didaerah lain , karena ia dianggap sebagai warga Negara, bukan lagi dipandang sebagai penduduk di suatu daerah ( Kabupaten/Kota ). Akhirnya pola kerja gagasan ini  memasuki wilayah kerja mental . Politik mengalami kesalahan prioritas. Menghidupkan proyek KTP elektronik ,  menjadi penting secara  skala politik . Disini ketersediaan dana diambil alih oleh Negara /Pemerintah Pusat. Pada priode ini – Pembuatan KTP berubah menjadi proyek KTP , tahap dimna mekanisme bekerjanya masuk dalam wilayah “Kerja Mental “ . Ciptaan menjadi totonnan/ akrobatik ,  membuat  suatu kucuran ketersediaan dana akhirnya menjadi rangkaian peristiwa yang menopang diri sendiri ( Pejabat Pemerintah dan Anggota DPR ). Kucuran ketersediaan sudah mengubah prioritas. Era dimana politik sudah berada di jantung kehidupan  Maka kerja politik adalah kerja mental yang menggapai keprihatinan  - Tiada  seorang pun dapat berbuat lebih baik tanpa membuat orang lain lebih buruk.  

4)      Contoh Ketiga  Kartu Tol Elektronik ( e - Tol  )

 

a)      Perjalanan lewat jalan Tol, pada era kesadaran persuasive minimal, setiap pengemudi yang menggunakan jalan tol, harus membawa uang pas. Dengan tujuan menghindari kemacetan panjang. Pola kerja membayar tol dengan uang cash langsung , dengan ketentuan sediakan uang pas. Cara membayar Tol , dilakukan dengan cara Kerja Manual - Pm bekerja mendapat manfaat langsung, artinya bahwa pengertian membayar adalah membeli manfaat dari  jalan tol .  Setiap pengguna jalan memperoleh dari harga yang telah ditentukan , yaitu membayar  senilai lajur jalan tol,  yang tarifnya sudah jelas terpampang dilayar monitor atau papan tariff.  Kerja manual menceritakan pada Anda sebuah pengalaman  peristiwa sebagai pengguna jalan tol membayar Tol , sesuai tarif nya . setara dengan kocek yang Anda keluarkan.

b)      Pm menghasilkan – orang yang membuat lebih baik  tanpa membuat oran lain lebih buruk.

c)      Berikutnya timbul gagasan membayar Tol , menggunakan Kartu Tol Elektronik ( e Tol ). Cara membayar tidak lagi dengan cara kerja manual. Berubah menjadi cara kerja mental. Kodisi ini mengarahkan mental kita pada dua aktifitas yaitu membeli Kartu e Tol. Kocek Anda , dikendalikan oleh kerja mental, hanya seputar urusan membayar Tol., sehingga yang keluar dari benak Anda adalah Anda harus beli Kartu e Tol untuk membayar jalan Tol. Satu manfaat dua transksi.  Sementara itu nilai Kartu e Tol Rp 50.000,- bukanya Anda harus mengeluarkan kocek Anda sebesar itu, disini hukum ekonomi mulai bergerak  Kartu e Tol adalah barang yang memiliki fungsi “ kelangkaan dan kegunaan “.

d)      Manakala posisi Anda di tengah gerbang Tol tidak memiliki Kartu, maka Anda diharuskan membeli Kartu e Tol. Kerja mental mengarahkan Anda bahwa harga Kartu tidak setara dengan kocek yang dikeluarkan Anda. Disini Kartu memiliki fungsi kelangkaan dan kegunaan .  Pertama “Kartu e Tol “ memiliki fungsi “ kelangkaan “  karena tidak tersedia di tempat itu , fungsi lainnya adalah “kegunaan”. Anda dalam posisi di digerbang Tol, tidak membawa kartu.  Dua fungsi nilai ekonomis Kartu    mulai memunculkan karakternya ,  tergantung keberadaanya. 

e)      Katakanlah Anda berada di Jalan Tol Semarang Kartu Tol nilai Rp 50.000 , atau isi 50.000 ,- harus Anda beli seharga Rp 75.000 ,-. Mungkin harga E Tol akan berbeda,  bila posisi Anda di Gerbang Tol Cirebon atau di Jalur Tol Jakarta.

f)       Peristiwa ini memberikan pengalaman  kepada Anda, ternyata Kerja mental ( Px ) – Membuat pengeluaran Anda menggunakan jalan Tol ,lebih besar , karena  harga tidak sesuai tarif. – Manfaat pengguna pada cara Kerja Manual , harga  sesuai tarif . Bandingkan dengan cara Kerja Mental ( Px ). Meskipun gagasan itu adalah suatu cara dapat dikatakan sebagai efektifitas  memperlancar arus dan menghindari kemacetan. Implementasi Px-  betatapun gagasan itu dengan konsep high teknologi , faktanya adalah tidak  membuat orang lebih baik tanpa membuat orang lain lebih buruk. 

g)      Konsep Kerja Mental ( Px –pada e Tol )  -  sebagai berikut :  ketika Pm memiliki nilai yang sama dengan Px- hasilnya Px tidak sama dengan  Pm ( apakah nilai 50 sama dengan 50  ),  50 : 50  = 50-75.      

     

5)      Contoh bagaimana  mendapatkan pemenuhan kebutuhan –kebutuhan biologis terhadap : rasa lapar, rasa haus , rasa kurang cukup , rasa tidak nyaman, rasa was-was , rasa bersalah , rasa ter-saing, rasa te-rasing , rasa kurang ber-untung, rasa marah , rasa benci , nafsu , rasa ber-iman. Keseluruhan rasa-rasa yang disebutkan dimuka akan berubah menjadi res extensa, karena  kesadaran ( berpikir ) tidak lagi kedalam jiwa dirinya , namun pemikiranya telah menjangkau melebihi cogintans , yang menjelma menjadi berpikir ( memiliki gagasan )  yang dilaksanakan dalam cara kerja mental.  Penetrasi   nafsu Sex –  dalam kerja manual,  persoalan sex adalah urusan suami istri , tentu  persoalan ini bisa diatasi, dengan berhubungan badan.  Namun jika pemikirannya berada dalam kerja mental , sex bisa menjadi industri, sebagai barang yang memiliki kegunaan bagi kebutuhan nafsu biologis , dan memiliki nilai karena “kelangkaan”,  sehingga berubah menjadi barang langka  yang berharga tinggi. 

6)      Penetrasi “ demokrasi “ dalam kerja manual adalah tidak hanya memberi hak suara sama bagi individu, tetapi juga memberi kesempatan luas kepada Negara untuk melakukan perubahan dan kemajuan di beberapa bidang seperti kesejahteraan ekonomi, keadilan sosial, perdamaian, dan stabilitas politik merupakan proses berkelanjutan .  Untuk sampai pada tujuan kesana  maka perlu kerja mental. Kesadaran  Persuasive maksimal  tidak lagi kedalam jiwa dirinya , namun pemikiranya telah menjangkau melebihi cogintans , yang menjelma menjadi gagasan /  berpikir  “bagaimna jika“  dari Negara berkembang menjadi Negara maju.

7)      Arena pencapaian demokrasi  adalah , rasa senang dan rasa terpenuhi - nya segala kebutuhan hidup warga negaranya, dutuntut dengan dua cara kerja , manual dan mental, sebagai dua hal yang seiring ,yang tidak mungkin dipisahkan satu dengan lainnya dari sebuah negara untuk dapat dikatakan sebagai Negara modern / maju.

8)      Pergulatan antara titik akhir dan titik awal    dari arena pemenuhan kebutuhan dan kepuasaan  , adalah keinginan dalam jangkauan kebutuhan biologis dari komulasi “ rasa-rasa yang disebutkan diatas, telah terkurung dalam gagasan /pemikiran demokrasi[1].  Kondisi kehidupan inilah yang melahirkan bahwa kerja mental sangat dominan dari kerja manual .

9)      Kerja mental mencapai gagasan demokrasi  adalah sporadik momentum antara kebutuhan dan kepentingan, yang selalu membawa korban.    “  Tidak ada seorangpun berbuat lebih baik, tanpa membuat orang lain lebih buruk “



[1]  Demokrasi  itu sendiri , dalam realisasinya tidak dapat memastikan bermanfaat bagi kehidupan masyarakat, bangsa, dan Negara, terutama dalam mengelola keragaman,  kesetaraan , keadilan sosial , keamanan dan kemajuan ekonomi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar